
Singkawang, kota kecil yang dijuluki “Kota Seribu Klenteng”, memiliki satu tradisi unik yang selalu menjadi magnet bagi wisatawan: ritual Tatung. Tradisi ini mencapai puncaknya saat perayaan Cap Go Meh, 15 hari setelah Tahun Baru Imlek, mengubah Singkawang menjadi panggung pertunjukan spiritual yang memukau dan penuh misteri. Namun, apa sebenarnya Tatung itu dan mengapa tradisi ini begitu sakral bagi masyarakat Tionghoa Singkawang?
Apa Itu Tatung?
Secara harfiah, Tatung adalah sebutan untuk orang yang dirasuki oleh roh dewa atau roh leluhur. Dalam kondisi trans (tidak sadar sepenuhnya), tubuh mereka dipercaya menjadi perantara bagi roh-roh suci untuk turun ke dunia. Fenomena ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan bagian dari ritual sakral untuk membersihkan kota dari roh-roh jahat dan energi negatif, serta membawa berkah bagi penduduk.
Ritual Tatung berakar dari kepercayaan Taoisme dan Konghucu, yang dibawa oleh para perantau Tionghoa ke Singkawang. Uniknya, tradisi ini juga berakulturasi dengan budaya lokal, terutama suku Dayak. Tak heran jika dalam ritual, para Tatung Tionghoa sering menggunakan busana dan properti khas Dayak, seperti mandau dan pakaian adat, menunjukkan perpaduan budaya yang harmonis.
Ritual Sakral Penuh Misteri
Jantung dari tradisi Tatung adalah atraksi ekstrem yang seringkali membuat penonton menahan napas. Para Tatung menusuk pipi mereka dengan besi, menginjak pedang tajam, atau memanjat tangga yang terbuat dari bilah pedang. Anehnya, mereka tidak menunjukkan ekspresi kesakitan dan tidak mengeluarkan darah. Masyarakat setempat percaya bahwa ini adalah bukti nyata dari kekuatan roh suci yang merasuki mereka, yang melindungi tubuh fisik dari cedera.
Proses ritual dimulai dengan sembahyang di klenteng, di mana para Tatung memasuki kondisi trans. Setelah itu, mereka akan bergabung dalam parade keliling kota, diiringi musik tradisional dan bunyi petasan yang memekakkan telinga. Parade ini bukan hanya arak-arakan, melainkan simbol pembersihan kota, di mana Tatung berkeliling untuk mengusir roh-roh jahat dari setiap sudut kota.
Makna Filosofis dan Kepercayaan
Di balik kengerian atraksinya, ritual Tatung menyimpan makna filosofis yang mendalam. Atraksi ekstrem tersebut melambangkan pengorbanan dan ketabahan dalam melawan kejahatan. Mereka percaya, semakin kuat rintangan yang dihadapi Tatung saat trans, semakin kuat pula perlindungan dan berkah yang diberikan oleh dewa.
Ritual ini juga menjadi ajang bagi masyarakat untuk menunjukkan rasa syukur dan harapan. Mereka meyakini bahwa dengan menjalankan tradisi ini, kota akan terhindar dari musibah, penyakit, dan kesialan. Selain itu, tradisi Tatung juga berfungsi sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar-sesama, di mana setiap klenteng dan perkumpulan Tatung saling bahu-membahu menyukseskan perayaan.
Daya Tarik Wisata Budaya yang Mengagumkan
Bagi wisatawan, tradisi Tatung menawarkan pengalaman yang tidak ada duanya. Ini adalah kesempatan langka untuk menyaksikan kekayaan budaya dan spiritualitas yang masih hidup dan dilestarikan hingga kini. Selain parade utama, wisatawan juga bisa mengunjungi klenteng-klenteng tua di Singkawang untuk melihat persiapan dan ritual yang dilakukan sebelum parade.
Keberanian para Tatung, keindahan busana tradisional, dan gemuruh musik pengiring menciptakan suasana yang membius dan tak terlupakan. Ritual Tatung adalah bukti bahwa Singkawang bukan hanya kota dengan toleransi beragama yang tinggi, tetapi juga pusat kebudayaan yang kaya dan otentik.
Apakah Anda tertarik untuk menyaksikan langsung tradisi unik ini di Singkawang? Pastikan Anda merencanakan kunjungan saat perayaan Cap Go Meh untuk mendapatkan pengalaman yang maksimal.
0

Tinggalkan Balasan